ASI dan Berat Badan Anak


Sebenarnya ini adalah materi #AyahASIonRadio yang dibawakan Lakmin 1 di RSPD Batara, jadi waktu itu "keroyokan", Lakmin 1 On Air dan Lakmin 2 ne-live twit. Komunikasi dilakukan via email dan WhatsApp. Berikut materinya, di-copy-kan langsung dari email yang dikirimkan Lakmin 1 ke Lakmin 2

PROLOG :
• Dulu waktu sering maen ke puskesmas Karang Jawa untuk timbang berat badan Afna, anak saya, pernah ada yang omongin hubungan antara ASI, Susu Formula dan Berat Badan balita. Menjadi menarik bagi saya karna saya dan istri memilih memberikan ASI eksklusif pada anak kami dan berat badan afna memang tergolong proporsional (menurut kami), gak gemuk tp juga gak kurus. 
• Pasti ga sedikit orang tua yang mengukur kesehatan anaknya dengan berat badan, ya kan?
Ga sedikit orang tua yang punya pola pikir Anak Gemuk = Sehat dan Anak Kurus = Ga Sehat atau lebih ekstrimnya lagi penyakitan.
• Ga sedikit juga orang yang punya pola pikir Anak Nangis = Laper dan Anak Diem = Kenyang, sehingga akhirnya beberapa orang tua yang menganggap ASI-nya kurang cukup memenuhi kebutuhan balita-nya kemudian memilih sufor untuk "mencukupi" kebutuhan asupan dan mendongkrak berat badan balitanya.
• Hal ini makin diperparah dgn adanya oknum tenaga kesehatan yg nganjurin kasih Sufor buat naikin BB, tanpa indikasi medis dan tanpa support ke ASI terlebih dahulu.

FAKTA :
Angka kejadian obesitas pada anak sangat meningkat beberapa dekade terakhir. Data di Amerika menunjukkan persentase anak yang mengalami kelebihan berat badan :
- 10,4% pada anak usia 2-5 tahun 
- 15,3% pada anak usia 6 - 11 tahun
- 15,5 % pada anak usia 12 - 19 tahun (Ogden et al. 2002).
- Kelebihan berat badan pada anak cenderung akan terbawa terus sampai anak tersebut dewasa, dimana 77 % anak dengan berat badan berlebih akan menjadi orang dewasa yang juga kelebihan berat badan (Freedman et al. 2001).

Apa bahaya obesitas? Obesitas merupakan faktor risiko penting pada penyakit kanker, penyakit jantung dan hipertensi, diabetes, batu empedu, serta penyakit ginjal. Mencegah anak mengalami obesitas/overweight merupakan salah satu investasi penting yg dapat dilakukan orang tua demi kesehatan anaknya di masa mendatang.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa menyusui dapat secara bermakna menurunkan risko serta mencegah anak dari berat badan berlebih dan obesitas. Bayi yang diberi ASI memiliki kadar lemak yang lebih rendah dibandingkan bayi dengan susu formula.

Pada usia 5-6 tahun, anak yg tidak pernah mendapat ASI memiliki angka obesitas 4.5%, jauh lebih tinggi dibandingkan bayi yg mendapat ASI lebih dari 12 bulan, yang memiliki angka obesitas hanya 0,8% (von Kries et al. 1999).


Bayi yang disusui oleh ibunya belajar mengendalikan jumlah ASI dan kalori yang dikonsumsinya dibandingkan bayi yg minum dengan botol, yg biasanya lebih sering “ditarget” untuk menghabiskan isi botol sekalipun telah merasa kenyang. Selain itu, kandungan susu formula yg padat energi dapat merangsang sistem endokrin untuk mengeluarkan lebih banyak insulin dan growth factor sehingga meningkatkan kadar lemak tubuh pada bayi tersebut. (Hediger et al. 2001)

Menurut @drtiwi, Berat Badan memang jd indikator paling baik utk liat kecukupan ASI. Agar proses ngASI berjalan efektif, kita harus memperhatikan beberapa hal :
1. PELEKATAN.
Pelekatan itu kira2 maksudnya adalah melekatnya mulut bayi pada PD ibu saat menyusui atau peristiwa bayi menghisap puting ibu, kalo salah posisi atau salah cara bisa-bisa ASI ga keluar atau ASI-nya keluar tapi si bayi gak bisa memperolehnya dengan tepat sehingga membuat bayi gak mendapatkan ASI yang cukup.

2. ASI SERET
Hal ini bisa terjadi karena keseringan kasih ASI perahan pake botol dot, hingga akhirnya payudara ibu jadi kekurangan perangsang untuk pengeluaran ASI. Harus dipahami bahwa mulut bayi adalah pemberi rangsang plg sempurna buat payudara dalam hal mengeluarkan ASI.
Jadi ga usah elu rangsang lagi pake jari2 nakal, m ending kalo yg keluar ASI, klo keluar adek bayi lagi kan berabe.

3. BINGUNG PUTING
Resiko bingung puting ini biasanya terjadi pada balita yang menggunakan dot.  Tekstur dot dan payudara ibu 100% berbeda, meski ada saja produsen dot yang promo bahwa "ini mirip payudara ibu", menurut saya it's non sense. Akhirnya karena terbiasa dengan dot, produksi ASI ibu jadi berkurang karena ASI tidak dikeluarkan secara optimal.

4. KONDISI PSIKOLOGIS
Hal ini erat kaitannya dengan hormon oksitosin atau hormon kebahagiaan sang ibu.

Siapa jg yg ga suka ngeliat bayi gemuk, pipi emplug dan paha berlipet, bikin gemes, ya ga?
Tapi apa iyah cuma gemuk yg jadi indikator kesehatan buat anak kita? Obesitas dibawa dari kecil loh.

Anak2 yg dikasih sufor emang lebih cepet naik berat badannya dibanding anak ASI.
Anak ASI cenderung lbh lambat kenaikan BB dalam 3-4 bln dibanding anak sufor, dan ini NORMAL pemirsaa.
Dalam beberapa kasus ada juga anak ASI yang cepet gemuk dan bisa overweight, biasanya karena ASI-nya lebih banyak mengandung lemak.

Para peneliti percaya, susu yg diperkaya protein dan nutrisi lainnya mengandung lebih banyak kalori dan memicu pertumbuhan BB.
Lemak bayi naik hingga 22-38% jk konsumsi susu yg DIPERKAYA protein, vitamin, dan berbagai nutrisi lainnya.

Menurut ahli gizi UI, pak Susianto, kandungan gizi dalam susu formula seringkali tidak stabil karena adanya perubahan suhu.
Maklum, biasanya kandungan DHA dan AA dlm susu formula diambil dari ikan. Jadi mending beli ikan di tukang sayur kan?
Kelebihan utama ASI lainnya yang tak dimiliki oleh susu lainnya adalah zat imunologik yg artinya Zat Anti Infeksi.

Menyusui adalah cara memberi makan yang paling normal, alami, dan tepat secara fisiologis bagi bayi dan balita.

Jadi ga usah takut anaknya dibilang kurus atau kegemukan selagi masih ASI Eksklusif

INSERT :


Sent from my iPhone
 
Materi #AyahASIOnRadio ini ditulis oleh @siayip

Leave a Reply

@ID_AyahASI | @AyahASI_Kalteng. Diberdayakan oleh Blogger.